Friday, April 25, 2014

Kontainer Cairan

Hari ini, aku bertemu Rani, mantan Ketua PPI Bremen. Kali ini, obrolan di bawah ini bukan obrolan imajiner seperti obrolan IKIP lalu.

Rani: "Condro!"
Aku: "Eh, Rani! Apa kabar?"
Rani: "Baik! Lu lagi ngapain di sini?"
Aku: "Mau PhD meeting. Lu lagi bawa susu?"
(melihat kontainer cairan yang digotongnya)
Rani: "Bukan! Ini liquid nitrogen."
(Oh, ternyata nitrogen cair)
Aku: "Lu ke gedung mana?"
Rani pun menunjuk ke gedung W3.
Rani: "Bye!"
Secepat kilat kami pun menghilang ke gedung tujuan masing-masing.

***

Hari ini, aku kurang tidur karena keracunan deadline selama bulan April ini. Mengapa aku membayangkan kontainer susu cair? Padahal ini bukan peternakan sapi di Oldenburg maupun di Pangalengan atau Lembang. Ini Universitas Oldenburg, kampus Wechloy, tempat bersemayamnya mahasiswa-mahasiswi dan peneliti fisika, kimia dan biologi. Jadi kontainer nitrogen cair lebih masuk akal daripada susu sapi.

Aku pun teringat masa-masa tiga bulan pertama di Bayern atau Bavaria dulu tinggal dekat kandang sapi. Aroma susu sapi dan tahi sapi bergonta-ganti tersebar di udara. Kini, di Jerman Utara, yang kucium pagi hari ini adalah aroma fermentasi biji-bijian menjadi bir Becks. Memang setiap kota dan kampung memiliki aroma yang berbeda-beda.

Aku pun teringat bahwa seekor sapi mengajarkanku mengenai Logika dan Teori Himpunan. Sapi yang sehat memiliki 2 kaki depan, 2 kaki belakang, 2 kaki kanan dan 2 kaki kiri. Berapakah jumlah kaki sapi ini?

Orang yang tidak bisa menguasai kebijaksanaan sapi, akan terjerumus oleh sapi. Aku pun teringat pimpinan partai politik di Indonesia yang terkena masalah hukum karena berurusan dengan sapi. Jadi belajarlah filosofi dua ekor sapi untuk mendalami pandangan dunia (Weltanschauung) dari bermacam-macam ideologi.

OK, kembali ke kegiatan doktoral. Darah Juang!


Oldenburg, 25 April 2014

iscab.saptocondro

No comments:

Post a Comment