Satu hal yang mengusik pikiranku adalah salah satu toilet pria di kantorku di Jade HS Oldenburg. Di sana, wastafel menyediakan putaran keran biru dan merah. Putaran biru itu simbol air dingin sedangkan merah itu simbol air panas. Ketika kuputar yang merah, air yang keluar tetap dingin. Mengapa?
Suatu hari aku melakukan investigasi. Kulihat pemanas air di bawah wastafel. Dia adalah pemanas listrik. Berdasarkan sambungan pipa air, seharusnya air panas bisa mengalir. Akan tetapi, aku melihat kabel listrik tidak tercolok. Aku pun celingak-celinguk mencari lubang colokan listrik pada tembok. Ternyata tidak ada!
Aku pun menyadari bahwa engineer adalah mereka yang mendesain pemanas listrik tapi tidak menyediakan akses ke sumber listrik. Kampus ini menghasilkan lulusan arsitek dan teknik sipil. Akan tetapi, mengapa desain toiletnya seperti ini?
Engineer ialah yang mendesain pemanas listrik di toilet tapi di sana tiada colokan listrik. #kantor #balada http://t.co/3H75MPhi9k
— iscab.saptocondro (@saptocondro) February 4, 2014
Seperti kata Pat Kay, temannya Sun Go Kong dan murid biksu Tong Sam Chong, "Memang begitulah engineering, deritanya tiada akhir".
Darah Juang! Darah Juang!
Oldenburg, 3 Maret 2014
iscab.saptocondro
No comments:
Post a Comment